SELAMA INI KITA DIBOHONGI, HUTANG NEGARA TERNYATA BUKAN UNTUK INFRASTRUKTUR


Pengamat Ekonomi, Faisal Basri, mengkritik pemerintah terkait penggunaan utang luar negeri pemerintah yang selama ini dihembuskan untuk menggenjot pembangunan infrastruktur. Faisal menyatakan bahwa menurut data yang ia kumpulkan, utang luar negeri paling banyak digunakan untuk belanja pegawai.
Menurut data yang berhasil Faisal kumpulkan, proyeksi belanja pegawai pada 2018 adalah sebesar Rp 366 triliun, atau naik 28% sejak 2014. Sementara di posisi kedua adalah belanja barang sebesar Rp 340 triliun atau naik 58% sejak 2014. Sedangkan untuk infrastruktur, yang masuk dalam kategori capital, berada di urutan ketiga yakni sebesar Rp 204 triliun atau naik 36% sejak 2014.
“Infrastruktur itu paling banyak dibiayai dari utang BUMN, yang tidak masuk dalam kategori utang yang direncanakan,” katanya di Kampus Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa (3/4).
Faisal menuturkan bahwa proyek-proyek besar kebanyakan dilakukan dengan penugasan kepada BUMN. Hanya sebagian kecil yang dimodali dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan selebihnya BUMN disuruh mencari dana sendiri.
“Beberapa BUMN pontang-panting membiayai proyek-proyek pemerintah pusat dengan dana sendiri sehingga kesulitan cash flow, mengeluarkan obligasi, dan pinjaman komersial dari bank. Selanjutnya, BUMN menekan pihak lain dengan berbagai cara,” papar Faisal.
Sementara itu, untuk pengeluaran modal untuk sosial malah menurun sebesar 44% sejak tahun 2014. Proyeksi expenditure untuk sektor ini adalah sebesar Rp 81 triliun pada 2018. Indonesia termasuk negara dengan social safetiness terburuk se-Asia Pasifik.
Data Bank Indonesia hingga akhir Januari 2018 menunjukkan bahwa utang luar negeri Indonesia meningkat 10,3% (year on year/yoy) menjadi USD 357,5 miliar atau sekitar Rp 4.915 triliun (kurs: Rp 13.750). Rinciannya, Rp 2.521 triliun utang pemerintah dan Rp 2.394 triliun utang swasta.

Post a Comment

0 Comments